MINAHASA-Konsep kepemimpinan pemerintah era milenial saat ini bukan lagi menjadi seorang owner atau pemilik perusahaan, yang bisa berbuat sesuatu seenak maunya. Atau seperti seorang pengusaha rumah makan ayam goreng, dia beli ayam, dia memotong, memasak, dan dia juga yang makan.
Tapi era kepemimpinan pemerintahan saat ini yang katanya disebut era milenial, pemimpin itu adalah pelayan. Pelayan siapa? Pelayanan bagi rakyat yang dipimpinnya. Demikian dikatakan Calon Wakil Bupati Minahasa, Vanda Sarundajang. Menurut wanita hebat yang biasa disapa VaSung ini. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi semua rakyat yang dipimpinnya, dan mempermudah pelaksanaan birokrasi dengan melayani semua masyarakat tanpa melihat latar belakang.
"Dengan demikian, semua kegiatan akan berjalan harmonis dan mencapai tujuan yang sama. Pemimpin harus juga siap dikritik dan siap menerima masukan dari rakyat. Bukan justru sebaliknya, setiap ada yang memberikan masukan atau saran, justru dianggap lawan yang tidak mendukung programnya. Kalau begini bagaimana roda pemerintahan bisa jalan, bukankah azas domokrasi dengan musyawarah dan mufakat itu bagian karakter kita?" Kata wanita yang pernah tiga periode duduk sebagai anggota DPR RI ini. VaSung juga menyebut karakter rendah hati seorang pemimpin akan menentukan maju tidaknya daerah yang dipimpin. Kata VaSung watak pemimpin yang otoriter harus dihilangkan di era demokrasi sekarang ini.
"Pemimpin itu jangan merasa sendiri paling pintar dan paling benar, sehingga semuanya harus diputuskan sendiri tanpa mempertimbangkan saran dan masukan dari rakyat. Sifat ini kadang sering muncul ketika seseorang menjadi pemimpin. Sikap egois yang berlebihan inilah yang kadang mempengaruhi, sehingga merasa diri paling benar," jelas VaSung.
Ditambahkan VaSung, keberhasilan tugas pemimpin itu sangat ditentukan oleh semua stakeholder yang dipimpinnya. "Pemimpin tidak bisa berjalan sendiri, apalagi merasa super sendiri. Maka menjadi seorang pemimpin memerlukan seni untuk menjalankan organisasi pemerintahan. Ibarat seorang masinis yang menjalankan gerbong dengan banyak penumpang didalamnya. Bagaimana penumpang merasa nyaman dan kereta terus berjalan pada rel yang sudah ada, untuk mencapai tujuan bersama tanpa menimbulkan konflik didalamnya," tutup VaSung. (jek)
0 Komentar
Bagaimana Komentar Anda?