Selasa, 15 Oktober 2024
Cara Om Maurits

Foto:

Cara Om Maurits "Mencuri" Hati Rakyat



"Pemimpin itu harus beri contoh dan teladan serta membela rakyatnya," Itu kata-kata Om Maurits. 

 

Menjadi kepala daerah sikap dan tindakannya biasa saja, dia tegas kepada bawahan, marah kepada para pelaku Pungli. Tapi lihat sifatnya berubah 360 derajat, saat bersua dan berbincang dengan rakyat, dia tidak memasang sekat menganga, dan selalu menjadi pendengar yang baik. 

 

"Saya walikota, kalian itu siapa?." Itu tidak ada dalam perbendaharaan kata-katanya.

 

Mantan wakil walikota Bitung ini, tidak ingin membangun disiplin ala tentara kepada rakyatnya, karena jelas salah.

 

Rakyat sekarang bukan rakyat masa orde baru. Rakyat juga bukan serdadu. 

 

"Rakyat itu bukang tentara. So itu kita kase inga bae-bae pa samua pejabat di Bitung layani rakyat dengan senyum. Jangan tu marah-marah, apalagi sampe peras pa rakyat. Kita ganti kalu ada model pejabat sama deng itu," Kata Om Maurits.

 

Benar kata Om Maurits itu, disiplin untuk menegakkan dan menjalankan aturan penting. Tetapi cara menyampaikan dan menjalankannya harus pakai etika serta sopan santun. 

 

Bahkan banyak pemimpin dunia yang disebut-sebut otoriter namun kepada rakyat mereka tidak arogan. 

 

Vladimir Putin, Presiden Rusia, yang berasal dari militer. Putin tidak pernah terlihat membentak rakyatnya. Kalaupun ia menunjukkan arogansinya kepada publik, ia tunjukkan saat ia menggertak pimpinan mafia atau menteri serta pejabatnya yang tidak beres saat bekerja.

 

Atau mau belajar arogansi dari pihak sipil seperti Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang membabat habis 1.400 bandar dan pengedar narkoba. Tapi juga tepat, Duterte melakukan ini demi kebaikan dia membela rakyatnya, agar mereka hidup aman dan tentram. 

 

Di dalam negeri kalau mau unjuk arogan ke publik, bisa saja dilakukan oleh Presiden Jokowi. Tapi lihat, kepada rakyat dia bercanda lepas, kepada rakyat dia tersenyum bebas. Tapi pada mafia Migas, pejabat pemeras rakyat, Jokowi yang kelihatan lemah berubah menjadi ganas. Dia tak segan memangkas mereka yang selama ini jelas-jelas membuat rakyat menderita.

 

Di Sulut, sudah jelas Om Maurits merupakan contoh pemimpin yang lebih mementingkan kesejahteraan rakyat. Dia bukan pemimpin arogan. Bahkan dengan lantang dia berkata, "lebih baik saya disalahkan untuk sesuatu yang benar. Daripada saya dipuji untuk sesuatu yang nyatanya salah."

 

Hebat, konsep kepemimpinan seperti ini yang mesti ditiru. 

 

"Lah, rakyat itu lemah kenapa harus dibentak dan apa faedahnya. Begini, jika mereka bersuara, dengarkan. Jika mereka salah, berikan pemahaman, intinya bimbing, arahkan dan tuntunlah rakyat," ucapnya.

 

Setuju. Menjadi pemimpin daerah itu selayaknya dicintai bukan ditakuti.

 

Rakyat mustahil didisiplinkan melalui gertakan atau ancaman. Mereka bisa disiplin jika pemimpinnya memegang kuat aturan yang dia buat dan dialah yang menjadi teladan.

 

"Rakyat itu sama dengan torang pe anak. Kalu torang pe cara didik pa dorang talalu keras, beking dorang pe kepribadian ganda. Di muka pa torang dorang hormat. Mar di belakang dorang bole jadi anak nakal. Jadi rakyat itu butuh diperhatikan, oleh saya, pak wawali, dan semua pejabat Bitung sebagai teladan. Jangan bafeto ato beking rakyat sengsara," sebut Om Maurits. 

 

Rakyat Bitung sesungguhnya senang dengan gaya dan cara kepemimpinan Om Maurits, beliau cocok buat warga Bitung.

 

Saat menyampaikan sesuatu dia tidak basa-basi, ketika rakyat mengeluh, Om Maurits selalu punya solusi. Dengan model pemimpin seperti ini. Tentu rakyat akan segan, hormat dan cinta. Itu cara paling elegan Om Maurits "mencuri" rasa hormat mereka. (jack) 

baca juga

Mari Jo Torang Ba Daftar Jadi Pengawas TPS
  • by david hall
  • 1 minggu yang lalu
Mari Jo Torang Ba Daftar Jadi Pengawas TPS

1 Komentar

Bagaimana Komentar Anda?